Selasa, 29 November 2011

SEJARAH GIGI

  

 

sumber: http://id.wikipedia.org
Gigi Palsu pertama kali dikenal pada tahun 700 SM. Biasanya pada masa tersebut gigi palsu masih terbuat dari gading, tulang ikan paus atau tulang kudanil dan diikat dengan semacam kawat yang terbuat dari emas. Teknik ini bertahan selama hampir 2000 tahun.
Pada tahun 1500 dan seterusnya, tulang masih dipakai unuk bahan pembuatan gigi palsu, akan tetapi mulai diikat dengan tali yang terbuat dari benang sutera. Pada masa itu, sutera juga dipakai untuk menutupi gigi yang ompong, terutama oleh para tokoh terkenal di era tersebut seperti Ratu Elizabeth I dari Inggris dan Presiden George Washington dari Amerika Serikat. Selain menggunakan tulang, gigi palsu pada masa itu juga sudah mulai menggunakan bahan-bahan seperti perak, emas, atau batu akik. Selain itu ada juga beberapa gigi palsu yang terbuat dari gigi asli, yang biasanya diambil dari mayat korban perang atau dari orang miskin yang menjual gigi-nya.
Gigi palsu yang murah dan nyaman baru mulai diciptakan pada tahun 1839 oleh Nelson Goodyear di Amerika Serikat. Bahannya berupa karet keras yang disebut vulcanite. Nelson adalah saudara dari Charles Goodyear, seorang pengusaha yang belakangan terkenal dengan pabrik ban Goodyear-nya. Karena nyaman, maka gigi palsu yang diciptakan oleh Nelson laku keras dan diproduksi massal sehingga Nelson mendapatkan paten atas ciptaannya ini. Paten ini tidak dilanjutkan pada tahun 1881 dikarenakan pengacara-nya, Josiah Bacon, akhirnya harus menemui ajal-nya di tangan seorang dokter gigi yang kelewat kesal karena Josiah terlalu rajin menuntut para dokter gigi untuk mendapatkan royalti dari paten tersebut. Selain itu hingga bahan akrilik ditemukan pada awal 1940-an, bahan vulcanite masih terus digunakan sebagai bahan gigi palsu.
Pada saat ini bahan gigi palsu biasanya dibuat dari bahan akrilik atau metal bahkan bisa dibuat permanen jika diiinginkan oleh sang pasien.

Ompong Jangan Dibiarkan

Sumber: Kompas.com
Selain mengganggu penampilan, gigi ompong juga tidak baik buat kesehatan gigi. Namun mengapa gigi kita bisa ompong, ternyata ada banyak jalur penyebabnya. Sebaliknya, mengapa tak boleh dibiarkan ompong, juga ada latar belakangnya.

Ketika dua buah gigi depannya tiba-tiba terasa goyang, Andi kelihatan risau. Pria setengah baya ini yakin, tak lama lagi kedua giginya pasti copot, dan omponglah dia. Bukan apa-apa, selain “siulan maut”-nya tak lagi merdu, gigi ompong jelas akan merusak penampilannya. Mengapa giginya mendadak goyang, ia tidak tahu sebabnya. Apalagi sejauh ini ia merasa sudah lumayan rajin merawat giginya baik-baik.

Ihwal gigi tanggal, ada beberapa penyebabnya. Drg. Undu Kusbandono dari Lembaga Kedokteran Gigi R.E. Martadinata, Jakarta, bilang, yang dialami Andi mungkin karena faktor pembentukan kantung gusi. Kebiasaan sering mencungkil-cungkil sisa makanan di sela-sela gigi membuat sisa makanan dengan mudah masuk ke dalam. Sisa makanan yang tersembunyi akan gampang membusuk sehingga menimbulkan radang mendalam. Lama-kelamaan kekuatan jaringan pendukung gigi makin lemah, gigi mudah goyang dan akhirnya copot. Kantung gusi juga bisa terbentuk kalau teknik gosok gigi yang salah dilakukan secara teratur atau yang bersangkutan malas gosok gigi.
Menggosok gigi, saran Undu, idealnya harus dilakukan sedikitnya tiga kali sehari. Pagi setelah bangun tidur, sore sehabis makan, dan malam sebelum tidur. “Menggosok gigi sebelum tidur penting sekali,” tegas Undu. Sebab, selama tidur tidak ada aktivitas sehingga proses pembusukan akan lebih cepat terjadi.
Cara menggosok pun perlu dicermati. Untuk gigi bagian bawah gerakan menyikat diarahkan ke atas, sebaliknya gigi bagian atas diarahkan ke bawah. Tujuannya supaya sisa makanan yang nyelip di sela-sela gigi akan terbuang bersih. “Karena itu perlu dibiasakan menggosok gigi secara benar sejak kecil agar saat dewasa nanti gigi akan terawat dengan baik,” pesannya.
Copotnya gigi juga bisa karena yang bersangkutan ceroboh, karena misalnya tidak segera menambal sewaktu gigi mulai berlubang. Bila didiamkan tetap berlubang, akan mudah membusuk, dan ketika infeksi sudah demikian parah, mau tak mau gigi harus dicabut. “Sayang kalau kejadiannya demikian,” tutur Undu. Padahal gigi berlubang mudah diobati kalau saja penderita cepat mampir ke dokter gigi.
Sayangnya, justru berkunjung ke dokter gigi ini yang sering tidak dilakukan. Cara ngeles-nya bisa macam-macam. Malas, tidak tahu, antrenya panjang, atau takut. Bukan takut ongkosnya yang relatif mahal, melainkan ngeri membayangkan tindakan dokter dan efek kerja alat-alatnya itu! Padahal, kata mereka yang rajin ke dokter gigi, kenyataannya tidak demikian.
Undu juga menyarankan, setelah gigi yang berlubang mendapat perawatan, usahakan jangan sampai bolak-balik ditambal lagi. Soalnya, kekuatan gigi lama-kelamaan akan menurun, menjadi rapuh, dan mudah pecah. “Untuk mencegah hal itu terjadi lagi, sebaiknya gigi ‘dibungkus’ dengan pelindung, diberi crown,” jelasnya.
Masalah gigi akan semakin bertambah pada orang tua atau kakek kita (di atas 60 tahun), terutama karena jaringan gusi mereka menyusut. Akibatnya, badan gigi akan tampak lebih panjang dan mudah tanggal. Namun, sebenarnya hal itu bisa dicegah kalau saja sedari muda kita rajin merawat gigi.
Sementara itu copotnya gigi lebih sulit dicegah pada penderita diabetes atau kencing manis. Gusi mereka mudah bengkak dan berdarah, mulut mudah berbau, serta gigi gampang goyah dan tanggal. Selain itu terlalu lama mengonsumsi obat diabetes yang tidak terkontrol juga mengakibatkan jaringan gusi membesar.
Tumbuhnya tumor pada gusi juga memudahkan copotnya gigi. Penyebab lain yang acap bikin senewen, karena sifatnya mendadak, ialah trauma pada gigi, seperti tertonjok, kecelakaan, jatuh, dan sebagainya.
Gigi copot juga bisa bermula dari terbentuknya plak gigi. Plak berupa lapisan tipis transparan itu selalu melekat erat pada permukaan gigi, jaringan gusi, permukaan tambalan, atau gigi tiruan yang kasar. Repotnya, lapisan plak tidak terlihat dengan mata telanjang. Ia baru akan tampak bila dibubuhi cairan atau tablet pewarna khusus.
Kalau kebersihan mulut dan gigi kurang diperhatikan, plak bisa terbentuk pada permukaan gigi dengan mudah. Plak memudahkan gigi berlubang (karies) karena di sana akan berdiam mikroorganisme pengubah gula menjadi asam yang merusak gigi. Lapisan plak juga bisa menyebabkan radang gusi (gingivitis) yang ditandai tepi jaringan gusi merah dan mudah berdarah. Kejahatan plak lainnya, mengakibatkan proses pengapuran dan menimbulkan karang gigi. Karang gigi akan melekat erat pada gigi, dan akan menjadi tempat berkumpulnya bakteri penghasil racun yang akan merusak jaringan gusi sekaligus tulang di bawahnya.
Kalau keadaannya sudah demikian, maka jaringan gusi akan menjadi lunak, mudah membengkak, berdarah, bahkan bernanah sehingga membuat bau mulut tak sedap. Dalam keadaan akut kondisi ini akan menimbulkan rasa sakit berdenyut-denyut. Bila terlambat diatasi, gigi pasti akan mudah goyang dan tidak dapat dijamin bisa tetap berada di tempatnya.
Mau gigi palsu yang mana?
  • Kalau sampai gigi kita akhirnya tanggal juga, saran drg. Undu, sebaiknya jangan dibiarkan tetap ompong.
“Usahakan untuk diisi dengan gigi palsu,” katanya. Selain merusak penampilan, ompongnya gigi juga akan menyulitkan ketika kita makan. Kecuali itu gigi di depan, di belakang, atau di sampingnya akan cenderung miring untuk mengisi daerah yang ompong itu. “Gigi yang tepat berada di bawah atau di atasnya juga cenderung modot(memanjang- Red.),” tambah Undu.
Ada tiga macam gigi tiruan yang biasa digunakan untuk mengisi ruang ompong yang ditinggalkan gigi sebelumnya.
Pertama, gigi palsu yang dapat dilepas,


 terbuat dari akrilik atau metal. Namun gigi palsu akrilik mempunyai kelemahan, yaitu mudah berbau, berubah warna, dan mudah pecah. Sebaliknya, yang metal tidak berbau, tidak berubah warna, dan tahan banting. “Memang harganya bisa dua kali lipat gigi palsu akrilik, tetapi itu pun masih murah,” tambah Undu. Kalau harga sebuah gigi akrilik sekitar Rp 50.000,-, gigi metal bisa Rp 100.000,- dengan daya tahan 5 – 10 tahun. Kalau terasa kurang nyaman dipakai (mudah terlepas), sebaiknya gigi palsu itu diganti.
Jenis gigi palsu kedua adalah gigi palsu cekat


Yang ini tentu saja lebih awet dan bersifat permanen. Setelah dua gigi di sebelahnya diasah, gigi palsu ini disemen (dibuat bridge, jembatan) ke gigi-gigi sebelahnya. Sebuah gigi cekat yang harganya Rp 750.000,- – Rp 1 juta ini, terbuat dari porselen atau porselen berlapis metal.
Jenis ketiga, gigi palsu yang ditanam di atas gusi.

 Bagi mereka yang “kehilangan” banyak gigi, disarankan memilih gigi tiruan jenis ini. Cara pemasangannya melalui proses pembedahan. Setelah gusi dibuka, tulang di dalamnya dibor untuk dipasangi pen yang berfungsi sebagai pegangan gigi palsu. Setelah pen dipasang, Anda boleh memilih mau gigi palsu lepas atau permanen untuk dipasangkan di situ. Tindakan ini memang butuh ongkos jauh lebih mahal, bisa Rp 5 – 10 juta per gigi! Namun, apa daya, daripada pipi dan daerah sekitar mulut kempot gara-gara ompong?
Bagaimanapun mencegah agar gigi tidak tanggal tetap lebih baik ketimbang harus mengisi dengan gigi palsu setelah ompong.
Beberapa petunjuk berikut ini mungkin dapat mengurangi risiko gigi copot:
  • Hindari terlalu banyak makanan manis yang mudah melekat pada gigi atau makanan asam.
  • Kurangi kebiasaan ngemil di antara waktu makan. Sebaliknya, perbanyak mengonsumsi makanan berserat.
  • Berhenti merokok karena rokok akan memperburuk keadaan dan warna gigi.
  • Hentikan kebiasaan menggunakan tusuk gigi. Gantikan dengan benang gigi (dental floss). Benang gigi lebih efektif membersihkan kotoran atau sisa makanan di sela-sela gigi.
  • Usahakan selalu mengunyahpada kedua sisi rahang agar pemakaian gigi seimbang.
  • Bersihkan mulut dan gigi dengan berkumur. Adakalanya membuang kotoran pada gigi bisa dibantu dengan menggerakkan otot lidah, bibir, dan pipi.
  • Menggosok gigi sehabis makan dan sebelum tidur merupakan kebiasaan baik.
  • Gunakan obat kumur sesuai anjuran dokter.
  • Kunjungi dokter gigi setiap 3 – 6 bulan untuk mengontrolkan gigi.
  • Minum obat hanya sesuai anjuran bila gigi Anda terasa sakit.
Gangguan pada gigi memang tampak ringan dan sepele. Namun, hal-hal kecil bisa saja menyebabkan gigi copot dan membuat Anda ompong. Sebab itu, merawat gigi sebaik-baiknya merupakan perilaku sehat yang perlu dipelihara. (Intisari)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar