Selasa, 29 November 2011

Mengobati Sakit Gigi Secara Tradisional

Mengobati Sakit Gigi Secara TradisionaL

Rasa nyeri pada gigi disebabkan oleh lapisan email gigi yang menipis sehingga menyebabkan gigi menjadi peka terhadap perubahan suhu makanan atau minuman yang tidak sesuai dengan suhu tubuh (37­O C). Sakit gigi dapat timbul secara terus-menerus atau hanya akan terasa ngilu dan nyeri ketika meminum atau makan sesuatu sangat dingin, panas, atau sangat manis. Dapat juga disebabkan adanya lubang pada gigi, sehingga saraf gigi  menjadi rusak sehingga timbul rasa sakit yang terus menerus.
Pengobatan secara tradisional dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
Ramuan 1 :
Tumbuk bawang putih secukupnya hingga halus kemudian ditempelkan pada gigi yang sakit. Lakukan sehari dua kali, sebaiknya sebelum sikat gigi.
Ramuan 2 :
Cabai hijau yang sudah tua dipotong ujungnya lalu dibakar. Setelah panas, cabai ditempelkan pada bagian gigi  yang sakit. Lakukan sehari dua kali


 
Ramuan 3 :
Cuci bersih serai dan 5 lembar daun sirih, rebus dengan dua gelas air hingga menjadi satu gelas. Lalu saring. Gunakan selagi hangat untuk berkumur di tempat gigi yang sakit. Lakukan 3 kali sehari secara teratur.
Ramuan 4 :
Sangrai 10 butir cengkih kering, lalu haluskan. Masukkan serbuk cengkih ke gigi yang berlubang, lalu tutup dengan kapas. Cara lain, sumbat gigi yang berlubang dengan kapas yang telah ditetesi minyak cengkih.
Ramuan 5 :
Keringkan lalu sangrai 1 biji avokad, haluskan sampai menjadi bubuk. Masukkan bubuk biji avokad ke gigi yang berlubang, lalu di tutup dengan kasa steril

 

Tip nyleneh: 2 cara mengatasi sakit gigi.

DENTISTKadang saya ingin tertawa jika ingat pengalaman ini. Saya merasakan sakit gigi pertama kali ketika masih sekolah SR (Sekolah Rakyat). Sakit gigi, sakitnya melebihi dicubit banci. Tetapi kata anak-anak remaja, lebih baik sakit gigi daripada sakit hati. Lhoooo, bukannya itu lagu dangdhut yang dinyanyikan oleh Meggi Z pakde.? Benar nduk, bukankah sebuah lagu itu juga hasil explorasi sebuah pengalaman atau hasil pengamatan terhadap suatu hal yang terjadi. Hasil explorasi itu ngejowantah menjadi expresi yang butuh apresiasi  ( Biyuh, biyuh, lincip tenan lambene pakde ya nduk )
Ada 2 pengalaman unik tentang cara mengatasi sakit gigi sebagaimana dianjurkan oleh dua orang yang usianya lebih tua daripada saya. Yang pertama adalah  mbahkung saya H.Amir (almarhum),  dan yang kedua Peltu Syaiki ( dulu anak buah saya di Palembang – namanya saya samarkan ).
Ini dia tip mereka yang  sudah ter-uji.
1.  Resep mbahkung.
Sewaktu saya umur 13 tahun, saya menderita sakit gigi. Mbahkung memberikan sebatang rokok yang terbuat dari klaras, yaitu daun pisang yang sudah kering. Selembar klaras dilinting menjadi semacam rokok klobot, ukurannya lebih besar daripada lidi, panjangnya sejengkal anak balita.
Lintingan klaras itu disulut pada salah satu ujungnya, lalu saya disuruh mengisapnya dalam-dalam, terus dikeluarkan lagi. Kalau difoto kayaknya gagah deh. Merokok sambil  duduk methingkrang, pakai sarung tanpa CD. Weeleh-weleh, jangan dibayangkan deh, waktu itu saya kan masih kecil.
Kata mbahkung, asap rokok klaras tadi akan membunuh ulat-ulat yang lagi mendekam di gigi. Setelah ulatnya mati maka gigi nggak akan sakit lagi.
Setelah merokok 2-3 batang sehari ternyata gigi masih tetap sakit. Berarti ulatnya belum mati donk. Bagaimana kalau dilakukan fogging saja mbah, mungkin bukan hanya ulatnya yang mati, yang sedang menderita sakit gigipun langsung kliyeng-kliyeng terus nggebhlag semaput.
Mbahkung dapat ilmu darimana sih, kok nggak patent blasssss.
2. Resep Peltu Syaiki.
Mendengar saya sakit gigi, Peltu Syaiki datang keruangan saya sambil membawa paku dan palu. Ketika saya tanya untuk apa paku dan palu itu, dia menjawab untuk mengobati sakit gigi Komandan. Whuaaa, gigiku mau dipalu atau di paku ??
Peltu Syaiki kemudian menancapkan sebatang paku yang cukup panjang di kusen pintu ruangan.,dhak..dhok..dhak..dhok. Setelah paku tertanam sekitar 2 cm, sambil menengok kearahku Peltu Syaiki bertanya : ” Sudah ada perubahan, nDan ? “Daya basa-basi saya keluar : ” Sudah pak, lumayan “Peltu Syaiki kemudian memukul paku tadi lebih dalamdhok-dhak-dhok-dhak.
Tak  tahan mendengar suara pukulan palu dan didorong oleh keinginan luhur untuk menghentikan aksinya maka saya katakan : ” Sudah pak, sakitnya tinggal sedikit kok “. Setelah menghormat, Peltu Syaiki meninggalkan ruangan. Sayapun melanjutkan ngesessss..ngesesssss…ngesseeeees, menahan rasa sakit pada gigi geraham sebelah kanan.
Setelah saya renungkan, bagaimana kalau dikombinasikan antara resepnya mbahkung dengan resepnya Peltu Syaiki yaitu merokok  daun klaras sambil giginya dipukuli dengan palu.
Apakah para sahabat mempunyai resep yang lebih spektakuler daripada resepnya mbahkung dan Peltu Syaiki ??

Tidak ada komentar:

Posting Komentar