Mengobati Sakit Gigi Secara TradisionaL
Tip nyleneh: 2 cara mengatasi sakit gigi.
Ada 2 pengalaman unik tentang cara mengatasi sakit gigi sebagaimana dianjurkan oleh dua orang yang usianya lebih tua daripada saya. Yang pertama adalah mbahkung saya H.Amir (almarhum), dan yang kedua Peltu Syaiki ( dulu anak buah saya di Palembang – namanya saya samarkan ).
Ini dia tip mereka yang sudah ter-uji.
1. Resep mbahkung.
Sewaktu saya umur 13 tahun, saya menderita sakit gigi. Mbahkung memberikan sebatang rokok yang terbuat dari klaras, yaitu daun pisang yang sudah kering. Selembar klaras dilinting menjadi semacam rokok klobot, ukurannya lebih besar daripada lidi, panjangnya sejengkal anak balita.
Lintingan klaras itu disulut pada salah satu ujungnya, lalu saya disuruh mengisapnya dalam-dalam, terus dikeluarkan lagi. Kalau difoto kayaknya gagah deh. Merokok sambil duduk methingkrang, pakai sarung tanpa CD. Weeleh-weleh, jangan dibayangkan deh, waktu itu saya kan masih kecil.
Kata mbahkung, asap rokok klaras tadi akan membunuh ulat-ulat yang lagi mendekam di gigi. Setelah ulatnya mati maka gigi nggak akan sakit lagi.
Setelah merokok 2-3 batang sehari ternyata gigi masih tetap sakit. Berarti ulatnya belum mati donk. Bagaimana kalau dilakukan fogging saja mbah, mungkin bukan hanya ulatnya yang mati, yang sedang menderita sakit gigipun langsung kliyeng-kliyeng terus nggebhlag semaput.
Mbahkung dapat ilmu darimana sih, kok nggak patent blasssss.
2. Resep Peltu Syaiki.
Mendengar saya sakit gigi, Peltu Syaiki datang keruangan saya sambil membawa paku dan palu. Ketika saya tanya untuk apa paku dan palu itu, dia menjawab untuk mengobati sakit gigi Komandan. Whuaaa, gigiku mau dipalu atau di paku ??
Peltu Syaiki kemudian menancapkan sebatang paku yang cukup panjang di kusen pintu ruangan.,dhak..dhok..dhak..dhok. Setelah paku tertanam sekitar 2 cm, sambil menengok kearahku Peltu Syaiki bertanya : ” Sudah ada perubahan, nDan ? “. Daya basa-basi saya keluar : ” Sudah pak, lumayan “. Peltu Syaiki kemudian memukul paku tadi lebih dalam, dhok-dhak-dhok-dhak.
Tak tahan mendengar suara pukulan palu dan didorong oleh keinginan luhur untuk menghentikan aksinya maka saya katakan : ” Sudah pak, sakitnya tinggal sedikit kok “. Setelah menghormat, Peltu Syaiki meninggalkan ruangan. Sayapun melanjutkan ngesessss..ngesesssss…ngesseeeees, menahan rasa sakit pada gigi geraham sebelah kanan.
Setelah saya renungkan, bagaimana kalau dikombinasikan antara resepnya mbahkung dengan resepnya Peltu Syaiki yaitu merokok daun klaras sambil giginya dipukuli dengan palu.
Apakah para sahabat mempunyai resep yang lebih spektakuler daripada resepnya mbahkung dan Peltu Syaiki ??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar